Minggu, 04 Desember 2016

Aliansi Turki dengan China dan Rusia.

Recep Tayyip Erdoğan

China -Turki

Menurut mitra saya di Ankara di tengah situasi  krisis global keadaan ekonomi Turkey melesu. Fundamental ekonomi retak. Ini ditandai oleh meningkatnya risiko perbankan, rasio loan to deposit tinggi dan meningkatnya Non performing loan, CAR yang semakin tergerus. Akibatnya banyak Bank di Turki menghentikan ekspansi kredit. Dunia usaha stuck. Meminta bantuan kepada Amerika dan Eropa adalah tidak mungkin. Karena kedua Negara ini sedang dilanda krisis financial. Investor asing private enggan masuk karena resiko konplik di Suriah dan irak mengancam territory Turkey. Berkali kali Rudal mengenai wilayah Turkey. Turkey memang menghadapi masalah serius.

Agar proses pembangunan bergerak maka Turkey harus menarik hati China untuk masuk ke Turkey. Upaya ini sudah di lakukan sejak beberapa tahun lalu. Namun tidak mudah terutama dengan maraknya demonstrasi anti-Cina di Turki.Di tambah lagi keputusan Ankara untuk membatalkan kesepakatan sistem pertahanan rudal yang awalnya diberikan kepada sebuah perusahaan Cina. Yang di susul keputusan Beijing untuk memperketat persyaratan visa bagi pemegang paspor Turki. Walau begitu China tahun lalu sempat memberikan pinjaman sebesar Eruo 1,8 miliar atau Rp. 25 triliun dalam bentuk kredit ekspor. Masalah lainnya sebelumnya China tidak begitu nyaman berteman dengan Turkey yang berbeda kebijakan politik international khususnya sikap Endorgan yang anti China. Itu sebabnya ada 46.756 PMA di Turki yang terdaftar pada tanggal 1 Januari, 2016,  hanya 739 yang dimiliki Cina. Namun kini keadaan berbalik. Turkey harus mampu merebut cinta China.Kedepan PMA China akan mendominasi di Turkey...

Walau sebagian ormas di Turkey menolak kehadiran China namun pemerintah Turkey tidak punya pilihan lain. Ancaman fundamental ekonomi turkey hanya bisa di selesaikan bila pasar uang dan perbankannya sehat. Setidaknya Turkey bisa meniru Yunani dan Iran yang bisa recovery berkat dukungan dari China. Itulah sebabnya tahun ini OJK Turkey memberikan izin kepada Bank Of China ( BOC)  untuk membuka cabang di Turkey. Sebelumnya ICBC ( Industrial Commercial Bank  of China ) sudah lebih dulu masuk dengan mengakusisi bank local. Sehingga praktis perbankan raksasa BUMN China  memastikan leading menggerakan dunia usaha Turkey. Kedua bank tersebut akan jadi gateway investment ke Turkey. Terbukti sekarang Bank of China telah menjadi pemberi pinjaman kedua terbesar di Turki, dan ini tentu perkembangan positif, baik dari segi ketersediaan dana untuk sektor swasta Turki maupun untuk kemajuan kerjasama antara Turki dan Cina.

Bagi dunia usaha China adalah penting untuk memiliki pijakan di pasar keuangan Turki, karena Turki memiliki ekonomi terbesar kedelapan belas di dunia dan sektor swasta yang kuat yang memiliki kemampuan untuk terus bergerak maju meskipun ketidakstabilan politik dan ekonomi. Selain itu, kemajuan yang diharapkan sebagai inisiatiff "One Belt, On The Road" (Obor) dan lokasi strategis Turki sebagai rute perdagangan yang menghubungkan antara Asia dan Eropa diperkirakan akan membuka prospek bisnis yang menguntungkan bagi China dalam waktu dekat. Bagi Turki, hadirnya BOC dan ICBC yang merupakan bank terbesar di china adalah sikap realistis ditengah krisis ekonomi karena melemahnya kepercayaan investor internasional dan meningkatnya risiko geopolitik. Wakil Perdana Menteri Turki Mehmet Simsek mengatakan bahwa BOC akan "berkontribusi terhadap upaya untuk menarik investasi China ke Turki dan meningkatkan peluang pembiayaan bagi sektor swasta."

Sebagian elite Turkey khususnya kaum oposisi menyikapi ini dengan sinis. Mereka tidak begitu yakin bahwa China serius memberikan dukungan pembiayaan dan investasi. Namun keraguan ini di tepis oleh pemerintah China dan Turkey. November tahun lalu di tanda tangani perjanjian antara Turki dan China untuk membangun jalur kereta dari China ke turkey dan terhubung dengan seluruh Negara di Asia Tengah. Ini tentu melibatkan pendanaan raksasa dan tentu kalau di realisasikan dunia usaha Turkey dan pasar uangnya akan bergairah. Paska Kudeta yang gagal terhadap Erdogan, Pemerintah China, memuji sikap Erdogan yang tegas dan berani menyelesaikan masalah dalam negeri, khususnya menghadapi kelompok oposisi. China semakin memperkuat komitmen nya memberikan bantuan lebih besar kepada pembangunan Ekonomi Turki.

***
Turki- Rusia.

Dengan latar belakang sebagai pengusaha, Erdogan memang smart. Ketika krisis global dan AS tak kunjung selesai membenahi ekonominya maka Erdogan mulai menjaga jarak dengan AS, setidaknya Erdogan harus memastikan stabilitas ekonomi Turki adalah segala galanya. Setelah keberhasilan menggandengan China dalam kemitraan ekonomi, maka Rusia pun di dekati. Walau hubungan dengan Rusia sempat memanas sebelumnya. Ada lima alasan mengapa Erdogan melirik ke pada Rusia.

Alasan pertama, dukungan elite politik Turki yang selama ini setia kepada Erdogan nampak melemah dan memilih menjadi oposisi diam karena sikap rezim Erdogan yang terkesan diktator, mengabaikan hak hak demokrasi, terutama terjadi ketegangan antara pemerintah dengan kelompok kurdi. Juga dampak buruk dari kebijakan rekonsiliasi dengan Israel. Isyu kerjasama bisnis Israel dan Turki untuk memasok  gas lewat jalur pipa gas sepanjang 550 KM  menuju kota pelabuhan Mersin, Turki itu terletak di Selatan negara tersebut dan di pesisir pantai Timur Laut Mediterania. Rencana ini juga belum nampak kemajuan berarti. Gas masih tergantung dengan Rusia.

Alasan kedua, ketidakstabilan politik dalam negeri ini juga datang di saat ekonomi Turki sedang memburuk. Pertumbuhan ekonomi melambat, korupsi merajalela dan investasi asing mengering. Belum lagi sangsi Rusia telah menyulitkan Turki karena 55% gas alam di suplai oleh Rusia. Berdampak penerimaan devisa menurun drastis. Karena 20% penerimaan sector pariwisata berasal dari Rusia. Sebagian besar jasa kontraktor Turki mendapatkan pekerjaan proyek APBN Rusia yang bernilai miliaran dollar. Pembeli utama produk pertanian Turki adalah Rusia. 

Erdogan butuh perbaikan ekonomi Turki sebagai alat melanggengkan kekuasaanya. Karena kalau ekonomi terus turun maka rakyat yang tadi di belakang dia akan berbalik menjatuhkannya. dan di sini Rusia dapat memainkan peran yang sangat penting untuk menyelamatkan Erdogan. 

Alasan Ketiga, Erdogan menyadari bahwa campur tangan Rusia di Syria mendukung rezim Assad jauh lebih efektif secara politik dan rencana Turki menjatuhkan Presiden Bashar al-Assad praktis gagal. Erdogan mungkin juga ingin menemukan cara untuk menenangkan situasi di Syria dan mengurangi risiko ketidakstabilan Suriah mengarah ke Turki. Dan ini perlu Rusia membantunya.

Alasan Keempat, Pemilu yang akan datang di AS akan mengakhiri masa jabatan Obama. Erdogan harus menjaga diri dari perubahan kebijakan politik AS terhadap Turki yang kemungkinan tidak menyukai kebijakan Erdogan dalam membangun demokrasi di Turki. Kalau ini terjadi tidak menguntungkan partai Erdogan. Sikap kepada Rusia adalah posisi tawar yang strategis dengan AS. 

Alasan Kelima, walaupun upaya untuk rekonsiliasi dengan Moskow telah di lakukan, Guncangan tabrakan "Brexit" mungkin sebagai pemicu Erdogan harus menemukan cara untuk melindungi diri terhadap dampak dari ketidakstabilan Eropa. Karenanya ia berharap peningkatan hubungan dengan Rusia dapat membantu dia keluar dari krisis domestik maupun regional. Bagi Rusia ,ini kesempatan untuk menggunakan bantuan Turki dalam upaya menstabilkan Suriah dan menemukan solusi kemenangan politik di Suriah pada khususnya dan Timur tengah pada umumnya.

Teman saya sebagai consultant global strategy mengatakan kepada saya bahwa manuver Turki ini secara geopolitik merugikan AS. Apabila Turki menjalin rekonsiliasi dengan Rusia maka peta politik regional akan berubah drastis. Dampaknya bisa membuat konplik baru. Maklum biasanya proxy AS yang ada di Turki akan melancarkan serangan keras kepada rezim Erdogan dan ini akan menimbulkan konplik baru. Namun Erdogan menghadapi kelompok oposisi dengan keras dan ini di dukung oleh China, Rusia. Bahkan Nampak Amerika pun  menilai langkah Erdogan untuk rekonsiliasi dengan Rusia suatu hal yang positip khususnya bersatu melawan ISIS. 

Dan bila Turki pada akhirnya menjalin aliansi dengan Rusia maka otomatis China akan ikut mem back up nya. Rekonsiliasi dengan Israel akan bubar. Ini akan meningkatkan popularitas Erdogan di hadapan Elite Politiknya. Selanjutnya Turki akan bersama iran dan suriah berhadapan dengan israel. Apabila ekonomi Turki kuat , geopolitiknya terjaga dan geostrategis menguntungkan Turki maka Turki akan jadi negara besar. Ambisi Erdogan membangun Turki seperti kejayaan Dinasti Ustmani dulu bukan lagi impian. Kini di era kekuasannya ,lambat namun pasti setahap demi setahap hukum Islam sudah menggantikan hukum sekular dan itu seiring dengan kemampuan Erdogan menjaga stabilitas ekonomi dan keamanan nasional.  Tidak ada lagi Idiology atau agama sebagai pijakan kerjasama. Dunia kini bicara soal kepentingan ekonomi. Siapa yang bisa bantu, maka dialah sahabat. Dunia semakin terbuka dan semakin tergantung satu sama lain. Ditambah lagi, duniapun semakin padat populasinya sementara daya dukung kebutuhan konsumsi semakin terbatas. Maka kerjasama atas kesetaraan tidak bisa di hindari. Mari bijak dan cerdas menyikapi situasi global.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Mengapa negara gagal ?

  Dalam buku   Why Nations Fail  , Acemoglu dan Robinson berpendapat bahwa pembangunan ekonomi dan kemakmuran atau kemiskinan suatu negara d...