Sabtu, 24 Desember 2016

CAFTA



Tahun 2015 saya mendampingi mitra bisnis saya dari China berkunjung ke Indonesia untuk melakukan pembicaraan dengan KADIN. Hal ini berkaitan dengan CAFTA khususnya penjajakan kerjasama pembangunan kawasan industry. Apa yang dimaksud dengan CAFTA?  CAFTA awal digagas pada  November 2001 dalam KTT ASEAN ke-7 di Bandar Sri Begawan-Brunei Darussalam. Pada tanggal 4 November 2002, pemerintah Republik Indonesia bersama negara-negara ASEAN menandatangani Framework Agreement on Comprehensive Economic Co-operation antara the Association of South East Asian Nations and the People’s Republic of China . Melalui perjanjian China-ASEAN Free Trade Area (CAFTA) ini, maka ASEAN mulai melakukan pasar bebas di kawasan China-ASEAN. 

Khusus negara ASEAN seperti Indonesia, Singapura, Thailand, Malaysia, Filipina dan Brunai telah menerapkan bea masuk 0% per Januari 2004 untuk beberapa produk berkategori Early Harvest Program. Yang dimaksud dengan Early Harvest Program adalah 14 item produk sektor pertanian yang dikeluarkan dari perjanjian perdagangan bebas. Ini berarti bahwa perpindahan barang, jasa, modal dan tenaga kerja antara ASEAN dan China bebas hambatan. Secara umum, dengan adanya kesepakatan CAFTA ini, maka kesempatan terbuka luas bagi Indonesia. Mengapa? Dengan adanya CAFTA akses pasar bagi Indonesia akan terbuka luas, tidak hanya untuk produk pertanian dan pertambangan, tetapi juga jasa, seperti pariwisata, jasa keuangan, pendidikan, investasi, dan faktor-faktor lingkungan hidup serta HAM.

Bagaimana kemungkinan daya saing Indonesia terhadap China? Faktanya saat sekarang terjadi ketimpangan neraca perdagangan non-migas antara China dan Indonesia. Karena tingkat kompetitif bisnis-ekonomi Indonesia yang rendah dibanding China. China unggul dalam berbagai faktor produksi barang dan jasa dibanding Indonesia.Walau  upah tenaga kerja lebih tinggi, buruh China bekerja lebih efisien, ulet dan telaten serta keahlian yang lebih memadai. 

Setidaknya, ada 12 faktor umum yang mempengaruhi kompetitif bisnis/ekonomi. Dan semua faktor kompetitif bisnis di Indonesia berada dibawah China kecuali faktor efisiensi pasar barang dan jasa. Sisanya seperti faktor sistem birokrasi yang cepat-tepat, infrastruktur, stabilitas ekonomi, inovasi bisnis, efisiensi tenaga kerja, suku bunga perbankan dan ukuran pasar di Indonesia jauh tertinggal dibanding China. Bagaimanapun secara natural kita tidak akan mampu menyaingin China. Kita terlalu lama tidur dan tenggelam dalam 3 decade. Sementara China  selama itu  bekerja keras untuk tampil memacu pertumbuhan dua digit. Karenanya membiarkan keadaan terus terbuka maka kemungkinan Indonesia akan digilas oleh kerakusan pengusaha China menelan segala  peluang pasar dan investasi di Indonesia. Lantas bagaimana solusi agar CAFTA ini dapat dilewati oleh Indonesia ?

Ada baiknya kita meniru kecerdasan bangsa malayu ( Malaysia ) dalam menghadapi CAFTA ini. Bagaimana caranya ? Malaysia meminta agar China membuat kawasan Industri bebas bea di China. Kawasan ini dibangun dalam kuridor CAFTA  dan pada waktu bersamaan China juga meminta agar Malaysia membangun kawasan Industri bebas bea di Malaysia dalam kuridor CAFTA. Inisiatif ini ditanggapi oleh China dan Malaysia dengan ditandai pembangunan Industrial Park China –Malaysia di Qinzhou dengan luas 55 KM2. Pada waktu bersamaan China juga membangun Kawasan Industri China-Malaysia di Kuantan-Malaysia seluas 5000 Hektar. 

Apa keuntungan Malaysia ? Pengusaha Malaysia dapat membangun pabrik di Industrial Park China –Malaysia dengan memanfaatkan segala sumber daya China dibidang tekhnologi dan sumber daya manusia serta kelengkapan infrastruktur logistik. Sehingga pengusaha Malaysia mampu mengolah bahan baku yang mereka miliki untuk kepasar domestic di China dan juga menjual kembali ke pasar Malaysia dengan harga pasti bersaing dengan Produk China. 

Apa keuntungan dari China?  Pengusaha China dapat membuat pabrik di Industrial Park China –Malaysia, di Kuantan untuk membangun produk berbasis technology untuk menjual ke-pasar domestik Malaysia,juga kepasar China dan memanfaatkan sumber daya manusia Malaysia. Dengan adanya Industrial Park China –Malaysia ini maka kedua belah pihak saling mengisi atas peluang dari potensi masing masing.Yang pasti kedua belah pihak bisa lebih transparansi mengelola neraca perdagangan kedua Negara dengan lebih adil.

Dapat dibayangkan apa yang terjadi atas solusi dari akibat ketimpangan tersebut? Terjadi relokasi pabrik dari China ke Kuantan ( Malaysia ) dan pada waktu bersamaan terjadi relokasi agro processing ke China ( Qinzhou ). China mendapatkan produk Malaysia yang efisien dan Malaysia mendapatkan produk tekhonologi China yang murah. Kedua belah pihak saling mendapatkan manfaat dibidang sumber daya masing masing. 

Singapore tahun lalu sudah pula memanfaatkan pola yang sama dengan Malaysia dan sekarang sedang dalam tahap pembangunan di Qinzhou. Philipina dan Thailand dalam tahap perundingan menuju kesepakatan final tahun ini telah dilaksanakan. Ah..saya terharu waktu berada di Qinzhou ketika bendera Malaysia dan Singapore berkibar di Qinzhou. Kedua Negara ini memang punya kualitas pengusaha berkelas dunia. Mereka smart.Tidak manja. Mereka tidak apriori dan tidak paranoid dengan segala perubahan. Mereka siap menjemput masa depan atas dasar persahabatan dunia untuk hari esok yang lebih baik. Sejak tahun 2004 pemerintah kita tidak tergerak untuk memanfaatkan peluang CAFTA ini. Kita tidur dan ribut dengan sikap paranoid dan kebodohan yang dipelihara. Padahal Tujuan dari CAFTA adalah untuk meningkatkan perdagangan yang akan meningkatkan efisiensi dalam produksi dan konsumsi di dua wilayah ini. Tujuan akhirnya adalah masalah kesejahteraan di dua kawasan. 

Usai  makan malam dengan kader partai yang juga Direktur otorita Qinzhou berbisik kepada saya “ berusahalah sadarkan pemerintah dengan sabar. Yakinlah pemerintah anda sekarang mau mendengar dan bekerja. Suka tidak suka, sejarah membuktikan bahwa kita bersaudara. Kita akan selalu bersama sama.” Saya hanya terdiam dan dalam hati saya berdoa semoga suatu saat saya bisa mengibarkan merah putih di Qinzhou dan membangun Indonesia –China Industry Zone seluas Batam menjadi kota modern yang dilengkapi infrastruktur berkelas dunia, dan agar China juga membangun proyek sejenis di Indonesia sebagai contoh bagaimana kota di bangun secara modern yang berbasis pada produksi dan tekhnologi.”

Tahun 2015, Pak Jokowi mencanangkan Sei Mangkei- Sumatera Utara sebagai Kawasan Ekonomi Khusus dengan luas 5000 hektar. Target proyek ini adalah dalam rangka CAFTA. Saat sekarang pembangunan terus berlangsung tiada henti. Proyek melibatkan konsorsium BUMN dan Asing. Kelak Kuala Tanjung akan jadi kawasan modern dengan menampung industri berkelas dunia sebagai mitra lokal meningkatkan nilai tambah produks pertanian, tambang dan perkebunan. Kerjasama adalah keniscayaan untuk tumbuh dan berkembang dalam putawan waktu, apalagi di era globalisasi. Kalau kita menolak globalisasi maka kita akan mundur jauh kebelakang dan terisolasi dari kemakmuran masyarakat modern...

2 komentar:

  1. Mudah2an bisa terealisasi, walaupun akan dinyinyiri oleh orang atau kelompok orang yang tidak mau sadar dan masih hidup dalam mimpi dan utopia....

    BalasHapus
  2. terima kasih, tulisan2 pak eri membuat cara berpikir kita menjadi lebih terbuka.

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Mengapa negara gagal ?

  Dalam buku   Why Nations Fail  , Acemoglu dan Robinson berpendapat bahwa pembangunan ekonomi dan kemakmuran atau kemiskinan suatu negara d...