Rabu, 14 Desember 2016

Lahirnya tokoh nasional islam paska aksi 212...?


Di kisahkan dalam sejarah Rasul, Ada seorang lelaki Arab bernama Tsumamah bin Itsal dari Kabilah Al Yamamah pergi ke Madinah dengan maksud hendak membunuh Nabi SAW. Segala persiapan telah matang, persenjataan sudah di sandangnya, dan ia pun sudah masuk ke kota suci tempat Rasulullah tinggal itu. Dengan semangat meluap-luap ia mencari majlis Rasulullah. Setelah tahu maka dia langsung mendatangi untuk melaksanakan maksud tujuannya. Tatkala Tsumamah datang, Sayyidinaa Umar bin Khattab ra, yang melihat gelagat buruk pada penampilannya menghadang.

“Apa tujuan kedatanganmu ke Madinah? Bukankah engkau seorang musyrik?” Tanya Umar.

“Aku datang ke negeri ini hanya untuk membunuh Muhammad!”.Kata Tsumamah dengan terus terang tanpa rasa takut.

Mendengar ucapannya, dengan sigap Umar langsung meringkusnya. Tsumamah tak sanggup melawan Umar yang perkasa, ia tak mampu mengadakan perlawanan. Umar berhasil merampas senjatanya dan mengikat tangannya kemudian di bawa ke masjid. Setelah mengikat Tsumamah di salah satu tiang masjid Umar segera melaporkan kejadian ini pada Rasulullah SAW.

Rasulullah segera keluar menemui orang yang bermaksud membunuhnya itu. Setibanya di tempat pengikatannya, beliau mengamati wajah Tsumamah baik-baik. “Apakah ada di antara kalian yang sudah memberinya makan?” Kata Rasul pada para sahabatnya. 

Para shahabat Rasul yang ada disitu tentu saja kaget dengan pertanyaan Nabi. Umar yang sejak tadi menunggu perintah Rasulullah untuk membunuh orang ini seakan tidak percaya dengan apa yang di dengarnya dari Rasulullah. Maka Umar memberanikan diri bertanya: “Makanan apa yang anda maksud wahai Rasulullah saw? Orang ini datang ke sini ingin membunuh bukan ingin masuk Islam!”

Namun Rasulullah tidak menghiraukan sanggahan Umar. “Tolong ambilkan segelas susu dari rumahku, dan buka tali pengikat orang itu”. Kata Rasul. Walaupun merasa heran, Umar mematuhi perintah Rasulullah. Setelah memberi minum Tsumamah, Rasulullah dengan lemah lembut berkata, “Ucapkanlah Laa ilaaha illallaah” (Tiada ilah selain Allah).”

“Aku tidak akan mengucapkannya!”. Tsumamah menjawab dengan ketus. Rasulullah membujuk lagi, “Katakanlah, Aku bersaksi tiada ilah selain Allah dan Muhammad itu Rasul Allah.”
“Aku tidak akan mengucapkannya!” Kembali dengan tegar Tsumamah menjawab.

Para sahabat Rasul yang turut menyaksikan tentu saja menjadi geram terhadap orang yang tak tahu untung itu. Tetapi Rasulullah malah membebaskan dan menyuruhnya pergi. Tsumamah bangkit seolah-olah hendak pulang ke negerinya. Tetapi belum berapa jauh dari masjid, dia kembali kepada Rasulullah dengan wajah ramah berseri. 

 “Wahai Rasulullah, aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Muahammad Rasul Allah.” Katanya.

“Mengapa engkau tidak mengucapkannya ketika aku memerintahkan kepadamu?” Rasul tersenyum.

“Aku tidak mengucapkannya ketika belum engkau bebaskan karena khawatir ada yang menganggap aku masuk Islam karena takut kepadamu. Namun setelah engkau bebaskan, aku masuk Islam semata-mata karena mengharap keredhaan “Allah, tuhan semesta Alam”. Kata Tsumamah.

Ada juga di kisahkan dalam hadith, Seorang Arab Badui pernah memasuki masjid, lantas dia kencing di salah satu sisi masjid. Lalu para sahabat menghardik orang ini. Namun Nabi shallallahu alaihi wa sallam melarang tindakan para sahabat tersebut. Nabi menjelaskan kepada orang Badui itu tentang apa itu fungsi masjid bagi orang islam, yang kesimpulannya tidak boleh di kencingi. Nabi memerintahkan para sahabat untuk mengambil air membersihkan lantai yang kena air kecing itu. Urusan selesai.

***
Dari kisah diatas kita dapat dua hikmah. Pertama, Bahwa keimanan seseorang tidak  bisa di paksakan. Bahkan adanya ancaman neraka di sampaikan kepada orang yang sudah beriman, bukan kepada orang yang belum beriman. Dan tentu tidak ada keimanan sejati di bawah paksaan dalam bentuk apapun. Kedua, rasul tidak menzolimi orang lain yang sudah di bawah kekuasaanya. Bahkan Rasul sendiri minta agar orang yang sudah di ikat di lepaskan dan di beri minum. Ketika orang dengan tegas tidak ingin memeluk islam, maka beliau memerintahkan agar orang itu dibebaskan. Karena tidak ada paksaan orang masuk islam. Dan Islam harus menegakan keadilan terhadap orang yang berani berbeda.

Dalam hal orang yang mengencingi masjid.  Kemungkaran itu wajib diingkari dengan segera sebagaimana yang dilakukan oleh para sahabat Rasul. Namun jika mengakhirkan mengingkari kemungkaran ada maslahat, maka itu lebih baik, sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Beliau shallallahu alaihi wa sallam membiarkan arab badui tadi kencing di masjid karena memang di situ ada maslahat. Jadi tidak serta merta menghukum orang itu. Di peringatkan terlebih dahulu bahwa tindakan itu di larang dalam islam. Karena umat islam mensucikan tempat ibadahnya.

Dalam hal Ahok, kita sudah dengar dia melakukan sesuatu yang menurut sebagian kita itu menodai agama kita. Itu sudah terjadi. Maka selanjutnya kita sebagai umat islam harus mengakhiri itu dengan berdialogh langsung dengan Ahok. Semakin keras Ahok, seharusnya kita semakin lembut terhadapnya. Tunjukan bahwa akhlak islam itu agung, yang memastikan semua orang nyaman bersama islam. Katakan langsung kepada Ahok “ Apapun motive anda bicara hanya Allah yang tahu. Tapi orang hanya mendengar apa yang terlahir dari kata kata kamu. Sebagai pejabat publik , berhati hatilah bila bicara. Karena anda tidak hanya melayani orang non islam tapi juga orang islam. Amanah terbesar yang anda emban adalah amanah orang islam. Karena mereka mayoritas di DKI.  Kami tidak akan memaksa anda untuk mengerti kami dan mengikuti keyakinan kami. Karena kami sadar bahwa hanya Allah yang berhak merubah manusia. Hidup saling menjaga itu lebih baik…” 

Saya yakin bila ada salah satu tokoh islam berbicara seperti itu dengan Ahok dan kemudian menyampaikannya di hadapan massa islam “ Kita sudah memaafkan Ahok dan kita juga mendoakan Ahok agar ALlah membukankan pintu hidayah kepadanya. Selanjutnya itu urusan dia dengan Hukum negeri in. Apapun keputusan tentang AHok di pengadilan, hanya Allah yang tahu apakah telah diterapkan keadilan sesungguhnya terhadap Ahok atau tidak. Tugas kita hanya berserah diri kepada Allah. Selanjutnya jadikan momentum itu untuk kita rapatkan barisan untuk meninggikan kalimat Allah, demi di belanya kebenaran, di laksanakanya kebaikan dan tegaknya keadilan.” 

Saya yakin bila itu yang di sampaikan oleh tokoh islam, maka dia akan jadi tokoh nasional yang bukan hanya di hormati oleh umat islam tapi juga non islam. Dari paska aksi 212 kita mendapatkan tokoh nasional yang akan mempersatukan semua golongan dan partai Islam dalam satu barisan untuk meninggikan ajaran Islam. Kelak kita berharap dia akan menggantikan Jokowi dalam Pemilu berikutnya. Mungkinkah itu.?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Mengapa negara gagal ?

  Dalam buku   Why Nations Fail  , Acemoglu dan Robinson berpendapat bahwa pembangunan ekonomi dan kemakmuran atau kemiskinan suatu negara d...