Rabu, 16 Agustus 2017

TEGUH DALAM PENDIRIAN


Pernah teman cerita ketika dia masih muda sebelum menikah dia bekerja sebagai PNS. Pacarnya sangat senang dengan statusnya sebagai PNS. Namun hanya tiga tahun sebagai PNS, dia memilih berhenti.Pacarnya panik. Dia jelaskan alasannya berhenti bahwa dia tidak bisa menerima kenyataan bila harus ikut arus teman temanya di kantor. Mark up proyek dan manipulasi administrasi serta mendapatkan uang bawah meja adalah irama aktifitas kerja yang harus disaksikan setiap hari dan dia ada didalam lingkungan itu. Kebetulan dia bersikap keras ketika duduk dalam posisi “ basah “ dan akhirnya di singkirkan. Tapi pacarnya bilang dia bodoh, dan ingin mengubah keadaan dengan idealismenya. Teman itu tidak peduli dengan sikap pacarnya. Akhirnya pacarnya minta putus. Pernikahan gagal.

Saya terkejut dengan ceritanya. Saya ingin tahu apa dasar dia bersikap pragmatis itu ? Awalnya dia ingin jadi PNS karena ingin mengabdikan keahlianya sebagai Sarjana Ekonomi. Tapi setelah 3 tahun dia bekerja, dia merasa berada dalam putaran kencang yang bisa menyeretnya kedalam lubang kenistaan. “ Ketika itu tahun 80an saya masih muda. Iman belumlah kuat benar. Saya merasa tidak mungkin menjadi hero dan pasti gagal kalau ingin bertahap di lingkungan brengsek. Dengan menyadari itu, saya memilih menghindar medan tempur. Bukan takut tapi tidak mau konyol “ Tapi bagaimana sampai terlalu besar resiko sampai kehilangan pekerjaan dan akhirnnya kehilangan pacar ? Dia dengan tegas mengatakan, kalau pacarnya tidak menghargai sikapnya bagaimana mungkin dia bisa menjadi suami yang baik. Sikapnya adalah repliksi pribadinya, yang percaya kepada Tuhan. Apakah salah bila dia patuh dan percaya dengan aturan Tuhan? dan dia tidak perlu jadi orang lain untuk di hargai. Apakah pacarnya lebih suka menikahinya dengan pribadi orang lain? Dia merasa pacarnya tidak mencintai dirinya tapi lebih mencintai dirinya sendiri. Hidup senang dari hasil kerja kerasnya menjadi orang lain.

Lebih dua tahun setelah berhenti sebagai PNS dia menganggur. Namun waktu menganggur itu dia gunakan ambil S2. Setelah tamat S2, dia membuka usaha konsultan dibidang akuntasi dan perpajakan. Suatu saat clients yang paling besar memberinya pekerjaan, memintanya mengatur laporan keuangan perusahaan agar pajak jadi rendah. Dia menolak. Bahkan ketika diancam oleh clients untuk keluar, dia juga tidak peduli. Dan akhirnya satu demi satu clients mundur. Dia kehilangan pendapatan sebagai konsultant pajak. Kehidupan rumah tangganya oleng. Apalagi ketika itu dia masih cicil rumah. Istrinya minta cerai. Dari kehancuran rumah tangga itu, dia bangkit lagi. Ketika itu paska krismon tahun 2000, banyak relasinya minta dia sebagai konsultan untuk ikut lelang asset BPPN dan ada juga minta membantu restruktur hutang. Tapi semua itu akhirnya dia tolak. Mengapa ? semua ingin menggunakan jasanya untuk menipu dan mencuri secara administrasi asset BPPN. Teman temannya kebanjiran order tapi dia malah sepi order.

Entah mengapa ada salah satu pengusaha dari Malaysia yang berminat membeli asset BPPN dan menujuknya sebagai konsultan. Clientnya dari malaysia itu awalnya tidak begitu percaya dengan reputasinya. Maklum kantor hanya dirumah BTN dan tidak punya SDM. Tapi dengan keakuratan proposal yang dibuatnya dan objectifitas yang tinggi, membuat clients tertarik dengan dia. Bukan hanya sebagai consultant tapi dipercaya sebagai direktur utama perusahaan yang akan mengambil alih asset BPPN itu. Dan dia diminta oleh clients untuk mengembangkan bisnis itu. Dia terima dengan suka cinta. Kini usianya sudah 58 tahun. Setahun lalu ia sudah pensiun sebagai ekesekutif. Perusahaan terus berkembang karena dia bisa mendidik kader yang hebat. Pemegang saham memberinya saham bonus sebagai hadiah pensiunnya. Putranya dari perkawinan pertama dan putrinya perkawinan keduanya sekarang sedang kuliah di luar negeri. Yang tertua sedang ambil PHD atas bea siswa dan yang kedua sedang ambil S2 juga beasiswa. Badannya tetap sehat tanpa ada penyakit serius.

Mempertahankan keyakinan dan kepercayaan itu tidak bisa dengan kata kata. Tidak bisa juga dengan amarah. Dunia ini memang tidak ramah. Karena Tuhan ciptakan dunia ini sebagai ladang ujian sepanjang usia. Kita tidak bisa membeci keadaan yang brengsek dan juga tidak dipaksa untuk mengubahnya. Tuhan hanya ingin kita bijak dengan keadaan itu untuk mengubah diri kita menjadi lebih baik. Caranya ya hijrah dari tempat yang buruk ketempat yang memungkinkan kita bisa berkembang menjadi lebih baik. BIla kita berjalan di jalan Tuhan maka pada akhirnya akan indah pada waktunya. Itu janji Tuhan…” demikian katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Mengapa negara gagal ?

  Dalam buku   Why Nations Fail  , Acemoglu dan Robinson berpendapat bahwa pembangunan ekonomi dan kemakmuran atau kemiskinan suatu negara d...